I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rotan (rattans) dikenal sebagai jenis tumbuhan tropis yang diperdagangkan untuk keperluan rumah tangga seperti furniture, lampit, keranjang dan lain-lain. Permintaan bahan baku rotan terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan kualitas hidup suatu bangsa. Permintaan bahan baku rotan yang terus meningkat ini terdorong oleh pengaruh kemajuan teknologi pemrosesan dan desain produk rotan yang terus berkembang serta kemampuan pemasaran.
Sampai saat ini kebutuhan bahan baku rotan sebagian besar masih diperoleh dari hutan alam terutama jenis-jenis rotan besar dan sedikit dari budidaya rotan masyarakat. Sementara untuk memenuhi kebutuhan rotan dimasa akan datang yang terus meningkat diperkirakan dua sumber rotan tersebut tidak mampu menyediakan dalam jumlah cukup dan lestari. Oleh karena itu, masih diperlukan pengembangan rotan terutama dilahan milik masyarakat. Selain itu, tanaman rotan tradisional yang sudah ada perlu diremajakan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas barang yang dihasilkan.
Pengembangan dan peremajaan rotan terutama jenis rotan tunggal untuk memenuhi permintaan pasar yagn terus meningkat membutuhkan bibit dalam jumlah banyak. Sedangkan pembuatan bibit dibutuhkan teknologi yang dapat menekat biaya produksi. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan petunjuk teknis pembibitan rotan.
B. Pengertian
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan
- Rotan adalah jenis Calamus caesius, Calamus manan, Calamus scipionum dan Calamus trachycoleus .
- Bedeng tabur adalah tempat penaburan benih sampai menjadi kecambah.
- Bedeng sapih adalah tempat memelihara kecambah yang sudah ditanam dikantong plastik yang berasal dari hasil pengecambahan di bakul/keranjang atau dari bedeng tabur atau hasil pengumpulan anakan dari permudaan alam.
- Benih adalah bahan tanaman untuk dikembangbiakan baik berupa bagian-bagian generatif (biji) maupun vegetatif (stek).
- Biji adalah benih yang berasal dari pembiakan generatif
- Kecambah adalah biji yang mengalami proses akan menjadi bibit
- Bibit adalah bahan tanaman dari pembibitan yang siap tanam
C. Penjelasan umum
Rotan tergolong keluarga (famili) Palmae yang bercirikan berumpun atau berbatang tunggal, batangnya masif, setiap batang terdiri dari ruas-ruas dan buku-buku yang ditutup oleh pelepah-pelepah daun yang berdiri, tangkai daun berduri, ujung tangkai daun bersulur, sulurnya berduri teratur, letak daun pada tangkai berhadapan dan daun-daunnya berurat sejajar.
Semua rotan tergolong jenis tumbuhan diocious atau berumah dua kecuali jenis dari marga Korthalsia. Dengan demikian dalam satu rumpun hanya terdapat satu jenis kelamin yaitu bunga jantan atau bunga betina saja.
Buah tersusun menempel pada cabang-cabang dan ranting tandan, kelihatan bergerombol dari pangkal sampai ujung tandan. Buah rotan berbentuk bulat lonjong, ukuran paling besar berdiameter 1 cm dan paling kecil 0,2 cm tergantung ukuran batang, dimana makin besar batangnya makin besar buahnya. Dalam satu buah umumnya ada satu biji tetapi ada yang 2-3 biji. Buah rotan terdiri dari kulit buah yang keras dan bersisik (scaly pericarp), daging buah (fleshly sarcotesta) dan biji. Permukaan biji pada umumnya kasar tetapi ada yang halus. Biji rotan terdiri dari cadangan makanan (endosperm) dan embrio yang ditutup oleh pori kecil.
Indonesia merupakan habitat rotan terbesar dunia dan mempunyai 306 jenis yang berasal dari 7 (tujuh) marga yaituCalamus, Ceratolabus, Daemanorops, Korthalsia, Myrialepis, Pectocoma, dan Plectocomiosis. Beberapa jenis adalah jenis komerisl dan umumnya jenis-jenis Calamus seperti rotan manau (C. manan), rotan sega (C. caesius), rotan irit (C. trachycoleus), rotan samambo (C. scipionum) dan rotan tohiti (C. inops). Sedangkan jenis-jenis yang lain merupakan jenis komersila lokal seperti rotan jermasin (C. leiocoulis), rotan buyung (C. optimus), rotan pulut merah (C. javensis), rotan umbul (C. symphysipus), rotan koroid (C. heteroides), rotan bulubuk (C. burckianus), rotan seel (D. melanochaetes), rotan taman (D. sabut), rotan batang (D. robustus) dan rotan pelah (D. rubra). Beberapa jenis rotan yang sudah dimanfaatkan dan daerah penyebarannya di Indonesia dapat dilihat pada lampiran I.
Dilihat dari jumlah batang dikenal rotan berbatang tunggal (soliter) dan rotan berumpun. Hampir semua jenis rotan berumpun hanya beberapa jenis yang berbatang tunggal seperti rotan manau (C. manan). Sedangkan dilihat dari ukuran batangnya dikenal dengan rotan besar (diameter 18 mm), rotan sedang (diameter 8-18 mm) dan rotan kecil (diameter 8 mm).
Rotan dapat diperbanyak dengan cara vegetatif melalui stek rhizom dan pemisahan batang muda (sucker). Oleh karena itu, jenis-jenis rotan yang dapat diperbanyak dengan vegetatif adalah jenis-jenis rotan berumpun. Sedangkan rotan berbatang tunggal, perbanyakan cara vegetatif tidak dapat dilakukan. Perbanyakan dengan cara vegetatif dilakukan hanya untuk kegiatan pemuliaan rotan untuk mengembangkan klon-klon unggul yang bernilai ekonomi tinggi. Perbanyakan rotan dengan cara generatif atau dengan biji sudah biasa dilakukan dan di nilai menguntungkan karena :
- bahan tanaman yang berupa buah/biji mudah diperoleh;
- jumlah buah/biji yang dihasilkan perumpun sangat banyak;
- daya kecambahnya dapat mencapai 100 persen;
- mudah diangkut
- kapasitas produksi bibit yang dihasilkan sangat bear
D. Maksud dan tujuan
Maksud penyusunan petunjuk teknis pembibitan rotan adalah sebagai acuan perencana dan pelaksana pembibitan rotan dilapangan. Sedangkan tujuannya adalah untuk membuat dan memproduksi bibit rotan berkualitas.
E. Ruang lingkup
Petunjuk teknis pembibitan rotan, ruang lingkupnya terdiri dari :
Aspek teknis yaitu : penentuan lokasi, pembersihan lapangan, pengadaan sarana dan prasarana;
Proses produksi rotan jenis :
- Rotan manau (Calamus manan)
- Rotan sega (C. caesius)
- Rotan irit (C. trachycoleus)
Rotan samambo (C. scipionum)
Cara penyimpanan buah dan biji rotan
Cara ekstrasi buah menjadi biji
Cara mengecambahkan biji, kemudian membuat, memelihara dan mengangkut bibit rotan;
- Standar kegiatan.
II. PEMBUATAN PERSEMAIAN
A. Penentuan lokasi
Persemaian rotan dibuat di tempat-tempat yang beriklim basah dengan persyaratan teknis sebagai berikut :
- Topografi datar dengan kemiringan maksimum 5 persen;
- Dekat sumber air dan tersedia sepanjang musim;
- Terletak dekat tempat penanaman.
Sebelum digunakan perlu diketahui arah datangnya sinar matahari untuk menempatkan posisi bedeng yang dibuat. Selain itu, tempat persemaian rotan perlu dekat dengan sumber bahan pembuatan bedengan dan mudah mendapatkan tenaga kerja. Tempat persemaian dirancang terdiri dari 60 - 70 persen untuk bedeng persemaian dan sisanya 30-40 persen untuk keperluan lain seperti jalan kontrol, selokan, gubug kerja, gudang dan persedian air. Luas areal harus disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang akan diproduksi untuk penanaman dilapangan.
B. Pembersihan lapangan
Lapangan tempat persemaian harus dibersihkan dari semak dan tonggak-tonggak pohon yang mengganggu. Setelah bersih, lapangan dicangkul sedalam 30 - 40 cm dan dibebaskan dari batu atau sisa-sisa akar tumbuh-tumbuhan serta bongkahan-bongkahan tanah. Setelah dibersihkan dan dicangkul tanahnya, kegiatan selanjutnya adalah membuat jalan kontrol dengan lebar paling sedikit 1 (satu) meter membelah tengah-tengah areal atau menurut keadaan. Demikian juga saluran air pembuangan areal persemaian bebas dari banjir dan genangan air.
C. Sarana dan prasarana
- Pembuatan batas dan pagar
Tempat persemaian yang sudah ditentukan harus dibuat batas-batasnya dan dipagar. Batas-batas tersebut harus diberi tanda dengan pal-pal kayu atau batang bambu. Pal-pal harus dibuat tinggi supaya kelihatan dan mudah dikontrol. Tinggi pal dibuat 2,5 meter dan bagian atasnya dicat merah 0,75 meter. Jarak antara pal satu dengan lainnya 50 meter (tergantung dari keadaan lokasi). Situasi tempat persemaian harus digambar untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Setelah pal-pal batas dipasang, dilanjutkan dengan pemagaran untuk memudahkan pengawasan dan pengamanan dari gangguan. Jenis-jenis gangguan yang biasa timbul adalah masuknya hewan gembalaan seperti sapi, kambing atau kerbau yang menyukai rotan muda. Bahan pagar dapat dibuat dari kayu, batang bambu atau pagar hidup lamtoro yang ditanam rapat.
- Pembuatan gubug kerja
Gubuk kerja dibuat sebagai tempat berteduh, perencanaan kegiaan dan penyelesaian urusan administrasi. Dalam gubug kerja perlu dilengkapi meja, kursi dan lain-lain termasuk perlengkapan dapur. Tempat ini selain berfungsi menyelesaikan pekerjaan persemaian juga dapat berfungsi sebagai tempat mengatur pekerjaan penanaman dilapangan. Selain gubug kerja, dibuat pula tempat penyimpanan pupuk terutama pupuk kandang, obata-obatan dan lain-lain. Tempat ini sebaiknya terpisah dengan gubuk kerja agar pekerjaan tidak terganggu oleh bau yang tidak sedap.
Bahan dan alat
Media
Media untuk persemain rotan terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 7 : 3. Tanah untuk campuran media harus dihancurkan dan diayak untuk menghilangkan sisa-sisa akar, kerikil dan tanah keras. Selain tanah yang dapat digunakan sebagai media adalah membuat gambut atau akar pakis dengan campuran sekam padi dan pupuk kandang perbandingan 7 : 2 : 1.
Kantong plastik hitam (polybag) atau wadah / pot
Kantong plastik hitam yang digunakan untuk pembibitan rotan berukuran 10 x 15 cm dan bagian bawahnya harus diberi lubang untuk mengalirkan kelebihan air siraman.
Lain-lain
Lain-lain peralatan yang harus disediakan dalam pembibitan rotan terdiri dari cangkul, parang, kampak, tal/meteran, kored, pipa plastik (slang), embrad, sprenkler otomatis, batang-batang bambu atau kaso dan paranet. Peralatan seperti cangkul, parang, kapak dan tali/meteran digunakan untuk persiapan pembuatan bedeng sapih. Kored untuk penyiangan, pipa plastik (slang), embrad dan sprinkler untuk kegiatan penyiraman, batang-batang bambu atau kaso dan paranet digunakan untuk membuat konstruksi bedeng persemaian.
D. Pembuatan bedeng
- Bedeng tabur
Bedeng tabur dibuat berukuran lebar 1 meter dan panjang 2-5 meter, membujur utara-selatan menghadap ke arah timur, beratap miring, dengan tinggi bagian depan 1,2 meter dan belakang 1 meter. Lantai bedeng dicangkul ringan sedalam 20 cm, dibatasi dengan bambu, kayu atau bata setinggi 10 cm dan diberi media. Bedeng ini sebelum digunakan diberi fumigan dithane M-45 dengan dosis sesuai anjuran.
Gambar 1. Bedeng tabur
- Bedeng sepih
Bedeng sapih berukuran lebar 1 meter dan panjang 2-5 meter dengan lantai rata dan bersih. Pinggirnya diberi batas dari bambu, kayu atau bata, diberi naungan paranet dengan cahaya masuk 50 persen. Naungan dibuat rata antara depan dan belakang dengan tinggi 1,8 meter untuk memudahkan pemeliharaan.
Gambar 2. Bedeng sapih
III. PEMBUATAN BIBIT
A. Pengumpulan dan pengangkutan benih
- Pengumpulan benih
Benih rotan yang akan digunakan harus berasal dari buah segar. Pemetikan dari pohon induk sebaiknya masih dalam tandan dan dilakukan pada musim kemarau. Pengambilan buah dimusim hujan harus hati-hati karena buah cepat busuk dan berjamur. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahan buah dalam penyimpanan atau pengangkutan jarak jauh. Buah yang dibawa dari lapangan harus segera dikerjakan untuk persiapan pengecambahan. Buah yang terlalu lama dibiarkan akan mengalami kekeringan yang berakibat tidak bisa dikecambahkan. Buah dalam udara kamar dan berada ditempat teduh hanya bertahan 3-4 minggu. Setelah lebih dari 4 minggu daya kecambahnya menurun dan lebih dari 6 minggu biji-biji tidak dapat berkecambah.
- Pengangkutan benih
Pengangkutan dari sumber benih ketempat pembibitan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- dibawa dalam bentuk buah segar;
dibawa dalam bentuk biji
Pengangkutan buah segar maupun benih dilakukan dengan cara memasukkan dalam karung-karung basah, dibungkus rapi dan mudah dibawa. Selama dalam perjalanan, kondisi kelembaban tetap dijaga dan sesekali di basahi. Pengangkutan dalam bentuk buah segar lebih disarankan kalau buahnya berukuran kecil atau kalau buahnya berukuran besar tetapi jaraknya dekat. Sedangkan kalau buahnya besar-besar dan jarak dari sumber benih ketempat pembibitan sangat jauh disarankan diproses terlebih dahulu menjadi biji untuk mengurangi biaya angkut dan memperbesar kapasits angkut.
B. Ekstrasi buah menjadi biji
Untuk memperoleh benih, buah rotan diproses menjadi biji dengan cara mengelupas kulit dan menghilangkan daging buah. Dalam jumlah besar, pengelupasan dilakukan dengan cara ditumbuk alu dari kayu dalam satu wadah cekung. Setelah itu daging buah dibersihkan untuk menampakkan tutup pori dengan cara dimasukkan kedalam keranjang bambu, diremas-remas sambil disiram air sampai bersih.
Gambar 3. Cara ektrasi buah rotan menjadi biji
C. Penyimpanan
Penyimpanan benih rotan dilakukan melalui 2 (dua) tahap yaitu :
- Disimpan dalam bentuk buah
Penyimpanan dalam bentuk buah pada suhu kamar dilakukan dengan cara masih mempertahankan posisinya menempel ditandan. Cara ini dapat mempertahankan kesegaran buah sampai dengan 6 minggu sedangkan yang dilepas dari tandan hanya tahan 3-4 minggu. Setelah lebih dari batas penyimpangan, buah mengering dan biji tidak dapat berkecambah. Oleh karena itu, setelah 4 minggu, buah segera diproses menjadi biji dan disimpan dalam bentuk biji.
- Disimpan dalam bentuk biji
Penyimpanan dalam bentuk biji bersifat menunda sementara perkecambahan. Untuk itu penyimpanan biji jangan di udara terbuka karena daya kecambahnya mudah menurun. Agar dapat bertahan kadar air biji dipertahankan antara 40-60 persen. Untuk itu, biji disimpan dalam karung goni, diletakan diatas air yang diberi naungan dan disiram setiap jam sekali pada siang hari.
Gambar 4. Penyimpanan benih rotan
D. Cara membuat bibit rotan
Pembuatan bibit rotan dimuali dengan mengecambahkan biji terlebih dahulu, pengecambahan benih rotan dilakukan dengan 4 (empat) cara yaitu :
- Biji dikecambahkan dibakul/keranjang bambu;
- Biji dikecambahkan dibedeng tabur tanpa jarak tanam;
- Biji dikecambahkan langsung dikantong plastik selanjutnya dipelihara sampai menjadi bibit siap tanam;
- Biji dikecambahkan dibedeng tabur dengan jarak tanam 10 x 10 cm dan setelah itu tetap dipelihara sampai menjadi bibit siap tanam. Pada umumnya benih mulai berkecambah setelah umur +/- 2 minggu yang ditandai dibukanya tutup pori, kemudia embryo tumbuh dan berkembang mengeluarkan calon akar dan tunas. Perkecambahan tidak dapat serentak dan periode berkecambah cukup lama antara 27-41 hari hingga ukuran kecambah tidak sama. Untuk itu pemindahan kebedeng sapih dilakukan bertahap dimulai dari kecambah yang tunasnya paling panjang. Perkecambahan biji rotan dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Perkecambahan biji rotanPada cara pertama dan kedua, kecambah yang dihasilkan dipindahkan ke kantong plastik yang diisi media dan diatur dibedeng sapih untuk dipelihara. Selanjutnya oada cara ketiga dan keempat, kecambah yang muncul tetap dipelihara sampai menjadi bibit siap tanam. Sedangkan biji-biji yang tidak berkecambah harus disulam baik dengan biji atau dengan kecambah. Sekain cara-cara diatas, untuk membuat bibit rotan dapat dilakukan dengan mengumpulkan anakan yang ditemukan disekitar pohon induk. Anakan-anakan tersebut dipindahkan kekantong plastik yang diisi media dan diatur dibedeng sapih untuk dipelihara.
E. Pemeliharaan
Penyiraman, penyulaman dan penyiangan
Pemupukan
Penyiraman dilakukan sehari 2 kali, pagi dan sore, penyulaman dilakukan bila ada kecambah atau bibit yang mati dan penyiangan dilakukan secara periodik.
Pemupukan dengan pupuk tunggal urea tidak perlu dilakukan karenca kalau tidak hati-hati dapat menyebabkan kematian. Demikian juga dengan penggunaan pupuk TSP dan KCL, anakan semai rotan manau tidak menunjukan respon. Untuk itu dapat digunakan kombinasi pupuk urea dan TSP dengan dosis 1 gram urea + 1 gram TSP/anakan. Pada dosis demikian dapat meningkatkan pertumbuhan anakan dan mempercepat pemindahan kelapangan. Kalau tanpa pemupukan anakan dipindah setelah berumur > 1 tahun sedangkan dengan dosis dan jenis pupuk tersebut anakan dapat dipindah pada umur 9-10 bulan.
F. Pengangkutan bibit
Bibit rotan dapat dipindah dari persemaian kelapangan paling sedikit berumur 10 bulan dan pemidahan dilakukan musim hujan. Untuk itu perlu dibuat perencanaan yang baik dimulai waktu pengumpulan buah, penyemaian, pemeliharaan dan mengangkut bibi kelapangan. Pemindahan bibit dair persemaian ketempat penanaman dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Dibawa dengan kantong plastiknya (wadah/pot lainnya);
- Dibawa sebagai bibit cabutan
Untuk bibit yang sudah ditanam di kantong plastik, sebaiknya dibawa dengan kantong plastiknya. Sedangkan bibit yang ditanam dibedeng tabur dan berfungsi sebagai bedeng sapih dapat dikerjakan dengan cara dicabut. Selanjutnya bibit cabutan dipangkas sebagian daunnya (lihat gambr 6) dan dibersihkan akar-akarnya dari gumpalan tanah yang menempel dan disiram air. Selanjutnya bagian akar dibungkus kain basah dan dijaga kelembabannya dengan sesekali disiram air. Cara ini adalah lebih praktis, mudah dan murah karena jumlah bibit yang dibawa per satuan angkut lebih banyak dibanding bibit dalam kantong plastik.
Gambar 6. Cara pemangkasan daun
G. Kapasitas produksi dan standar kegiatan
Dalam pembibitan rotan, areal persemaian dirancang terdiri dari 7.000 m2 tempat bedeng tabur dan bedeng sapih, dan 3.000 m2 untuk lain-lain. Karena bedeng tabur sangat kecil kebuttuhannya dibanding bedeng sapih maka dianggap tidak memerlukan tempat khusus, kemudian tiap m2 dapat disemai 100 bibit maka kapasitas produksi bibit adalah 7.000 m2/100 atau 700.000 bibit/ha/tahun. Standar kegiatan untuk kegiatan persemaian pada areal seluas 1 (satu) ha sebagai berikut :
Tabel 1. Standar kegiatan pembibitan rotan pada areal persemaian seluas 1 (satu) hektar.
No. Komponens Volume fisik Pakai kantong Tanpa kantongBahan 1.Benih 77.000 biji 700.000 biji 2.Kantong plastik hitam 10 x 15 cm 2.200 kg (770.000 kantong) - 3.Pupuk kandang 200 m3 980 m3 4.Paranet untuk atap 7.000 m2 7.000 m2 5.Bambu untuk konstruksi 250 batang 250 batangTenaga kerja 1.Mengektresi buah menjadi biji 770 HOK 770 HOK 2.Mengisi kantong plastik dengan media 770 HOK - 3.Menyiapkan lahan pembibitam - 28 HOK 4.Menyiapkan biji kekantong plastik/bedeng tabur/sapih 77 HOK 77 HOK 5.Membuat konstruksi bedeng persemaian 20 HOK 20 HOK 6.Pemeliharaan 12 bulan 120 BOK 120 BOKKeterangan : HOK = Hari orang kerja; BOK= Bulan orang kerja
IV. PENUTUP
Dalam membuat bibit rotan, yang perlu diperhatikan yaitu benihnya dari buah segar yang masak fisiologis. Buah yang diperoleh segera diektrasi menjadi biji dan dikecambahkan. Selama pengecambahan, harus dijaga kelembabannya dengan cara sering disiram. Demikian juga setelah menjadi kecambah dan dipindahkan ke kantong plastik (wadah/pot lainnya) yang diisi media, harus tetap disiram.
Bedeng tabur tempat mengecambakan biji dan bedeng sapih tempat pemeliharaan bibit harus ternaungi. Sebaiknya jumlah bibit yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan untuk penanaman.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Juli 1997
-----------------------------------------------
DIREKTUR JENDERAL REBOISASI
DAN REHABILITASI LAHAN
ttd
HENDARSUN SURYASANUSIPUTRA
NIP. 080017398
disalin sesuai aslinya
www.informasikehutanan.com
Sumber :
Lampiran Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Nomor : 77/Kpts/V/1997 tanggal 28 Juli 1997 tentang
petunjuk teknis pembibitan rotan
sangat membantu kegiatan saya ...
BalasHapusthnx info dan ilmunya