Senin, 18 Oktober 2010

PBB Optimistis Perundingan Iklim Berakhir Bahagia

KOMPAS.COM

07-12-09 20:38
REDD News

KOPENHAGEN, KOMPAS.com - Konferensi Perubahan Iklim PBB resmi dibuka Senin (7/12) di Kopenhagen, Denmark dan akan berlangsung selama dua minggu. Meski perundingan berjalan alot selama dua tahun terakhir untuk menyiapkan strategi baru menghadapi perubahan iklim pascaberakhirnya Protokol Kyoto tahun 2012, PBB optimistis konferensi ini akan berakhir membahagiakan.

"Untuk pihak yang beranggapan bahwa tak mungkin ada persetujuan tercapai di Kopenhagen, mereka salah," kata Achim Steiner, direktur program lingkungan hidup PBB ketika menerbitkan laporan yang disusun oleh ekonom asal Inggris, Lord Nicholas Stern bersama dengan Institut Riset Grantham sehari sebelum pembukaan.

Meski demikian, para ahli lingkungan hidup telah memperingatkan bahwa komitmen pengurangan emisi masih kurang jauh dari batas yang menurut ilmuwan PBB diperlukan untuk mempertahankan suhu rata-rata agar tak naik lebih dari 2 derajat Celcius. Semua negara secara keseluruhan idealnya tak boleh menghasilkan total emisi lebih dari 44 miliar ton karbondioksida pada akhir 2020 untuk menghindari efek terburuk dari bumi yang memanas.

Dengan asumsi semua komitmen yang diumumkan sejauh ini berhasil baik, maka menurut laporan itu total emisi per tahun pada 2020 akan menjadi 46 miliar ton. Emisi saat ini adalah 47 miliar ton. "Kita cuma kekurangan beberapa giga ton lagi untuk mencapai kesepakatan," kata Steiner, "Dan kekurangan ini sudah cukup banyak terpenuhi."

Negosiasi untuk persetujuan iklim baru dimulai dua tahun lalu dengan tujuan untuk menghasilkan penerus untuk protokol Kyoto yang mana telah mengikat negara-negara industri untuk mengurangi emisi karbondioksida dan gas-gas lain yang memanasi bumi sehingga berkurang dari tingkatan pada tahun 1990. Tapi persetujuan ini belum mengikat beberapa negara berkembang seperti India dan China yang merupakan jajaran penghasil gas rumah kaca yang tinggi.

Kebuntuan selama berbulan-bulan terpecahkan dalam beberapa minggu terakhir ketika China dan India sukarela mengumumkan target penurunan gas berefek rumah kaca dalam perkembangan ekonomi mereka. Emisi memang akan tetap naik, tapi dengan tingkat kecepatan yang lebih pelan. Tapi kedua negara itu mengatakan mereka tak mau menerima target yang mengikat secara hukum yang bisa mengakibatkan pencekalan bila mereka gagal mencapai target.

Bersamaan dengan itu, Presiden AS Barack Obama akhirnya juga menyatakan, AS bersedia berkomitmen mengurangi 17 persen emisi (terhitung dari 2005), walaupun pengurangan itu belum disetujui oleh Kongres. Pihak Amerika bisa fleksibel, walaupun tak bisa menaikkan tawaran pengurangan emisinya. Jonathan Pershing, delegasi senior AS dalam perundingan mengatakan bahwa pemerintahan Obama menunjukkan keseriusan mengatasi perubahan iklim lewat alokasi dana dan aksi perundang-undangan terhadap para penyebab polusi besar.

Selain China, India, dan AS, Afrika Selatan pada hari Minggu (7/12) menjadi negara terakhir yang menetapkan target emisinya. Negara ini setuju untuk mengurangi 34 persen emisi dari kegiatan rutinnya selama 10 tahun mendatang. Pada tahun 2025 angka itu akan mencapai puncak pada 42 persen, dengan begitu bisa menangkal dan sesudah itu mengurangi akibat emisi yang sudah terjadi.

Yvo de Boer, pejabat iklim tertinggi PBB, mengatakan walau belum ada kesepakatan pasti dan konsesi sebelumnya, tapi negara-negara industri dan berkembang harus memutuskan. "Waktu sudah habis. Dalam dua minggu ini semua pemerintahan harus memenuhi janjinya," katanya jelang konferensi kemarin.

Original Link : http://sains.kompas.com/read/xml/2009/12/07/20101019/pbb.optimistis.perundingan.iklim.berakhir.bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar