Jumat, 03 September 2010

Apa Penyebab Utama Pemanasan Global

Ada banyak cara yang harus diketahui untuk mengurangi emisi karbon dioksida, yaitu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil; menggunakan energi terbarukan seperti energi surya atau angin; mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang barang-barang keperluan sehari-hari; mengendarai mobil berbahan bakar efisien atau yang menggunakan energi alternatif; menggunakan alat-alat elektronik yang hemat energi, dan lain-lain. Namun cara yang paling cepat untuk menghentikan pemanasan global adalah menjalani diet vegetarian!
Dalam konferensi pers pada tanggal 15 Januari yang diselenggarakan oleh Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), ketua IPCC - Dr. Pachuari mengingatkan bahwa jika umat manusia tidak bertindak sekarang, maka perubahan iklim akan berdampak serius. Ia juga dengan jelas mengatakan cara untuk menghentikan perubahan iklim, yaitu dengan berhenti makan daging dan beralih ke gaya hidup yang lebih hijau.

Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "Sektor peternakan adalah satu dari dua atau tiga penyumbang terbesar bagi krisis lingkungan yang paling serius dalam setiap skala, mulai dari lokal hingga global." Hampir seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia!

Industri ternak ternyata telah menjadi penyebab utama dari pengrusakan lingkungan dan emisi gas rumah kaca. Memelihara ternak untuk konsumsi telah menjadi salah satu penghasil gas karbon dioksida terbesar serta menjadi satu-satunya sumber emisi gas metana dan nitro oksida terbesar. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen racun karbon dioksida, 65 persen nitro oksida, dan 37 persen gas metana yang dihasilkan karena ulah manusia. Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitro oksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbon dioksida. Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.    


Peternakan juga telah menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan menggunakan 30 persen dari permukaan tanah di Bumi, dan bahkan lebih banyak lahan serta air yang digunakan untuk menanam makanan ternak. Menurut laporan Bapak Steinfeld, pengarang senior dari Organisasi Pangan dan Pertanian, Dampak Buruk yang Lama dari Peternakan - Isu dan Pilihan Lingkungan (Livestock’s Long Shadow–Environmental Issues and Options), peternakan adalah "penggerak utama dari penebangan hutan …. kira-kira 70 persen dari bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Selain itu, ladang pakan ternak telah menurunkan mutu tanah. Kira-kira 20 persen dari padang rumput turun mutunya karena pemeliharaan ternak yang berlebihan, pemadatan, dan erosi. Peternakan juga bertanggung jawab atas konsumsi dan polusi air yang sangat banyak. Di Amerika Serikat sendiri, trilyunan galon air irigasi digunakan untuk menanam pakan ternak setiap tahunnya. Sekitar 85 persen dari sumber air bersih di Amerika Serikat digunakan untuk itu. Ternak juga menimbulkan limbah biologi berlebihan bagi ekosistem.


Konsumsi air untuk menghasilkan satu kilo makanan dalam pertanian pakan ternak di Amerika Serikat
1 kg daging
Air (liter)
Daging sapi
1.000.000
Ayam
3.500
Kedelai
2.000
Beras
1.912
Gandum
900
Kentang
500
Selain kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem, tidak sulit untuk menghitung bahwa industri ternak sama sekali tidak hemat energi. Industri ternak memerlukan energi yang berlimpah untuk mengubah ternak menjadi daging di atas meja makan orang. Untuk memproduksi satu kilogram daging, telah menghasilkan emisi karbon dioksida sebanyak 36,4 kilo. Sedangkan untuk memproduksi satu kalori protein, kita hanya memerlukan dua kalori bahan bakar fosil untuk menghasilkan kacang kedelai, tiga kalori untuk jagung dan gandum; akan tetapi memerlukan 54 kalori energi minyak tanah untuk protein daging sapi!
Itu berarti kita telah memboroskan bahan bakar fosil 27 kali lebih banyak hanya untuk membuat sebuah hamburger daripada konsumsi yang diperlukan untuk membuat hamburger dari kacang kedelai!

Dengan menggabungkan biaya energi, konsumsi air, penggunaan lahan, polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, tidaklah mengherankan jika satu orang berdiet daging dapat memberi makan 15 orang berdiet tumbuh-tumbuhan atau lebih.

Tahun lalu, penyelidik dari Departemen Sains Geofisika (Department of Geophysical Sciences) Universitas Chicago, Gidon Eshel dan Pamela Martin, juga menyingkap hubungan antara produksi makanan dan masalah lingkungan. Mereka mengukur jumlah gas rumah kaca yang disebabkan oleh daging merah, ikan, unggas, susu, dan telur, serta membandingkan jumlah tersebut dengan seorang yang berdiet vegan. Mereka menemukan bahwa jika diet standar Amerika beralih ke diet tumbuh-tumbuhan, maka akan dapat  mencegah satu setengah ton emisi gas rumah kaca ektra per orang per tahun. Kontrasnya, beralih dari sebuah sedan standar seperti Toyota Camry ke sebuah Toyota Prius hibrida menghemat kurang lebih satu ton emisi CO2.

"Beban gas rumah kaca yang disebabkan oleh berbagai diet hewan dibanding dengan diet vegan  dengan pemasukan kalori yang sama. Sebagai perbandingan, perbedaan emisi gas rumah kaca antara berbagai model mobil juga diperlihatkan.
Misalnya, diet daging campur, yang mengkombinasikan daging merah dengan unggas dan ikan, sebanding dengan perbedaan emisi antara sebuah Suburban dan sebuah Camry saat masukan kalori dari sumber hewan mencapai 47 persen"

Pilihannya ada di dapur Anda: Sekalipun seseorang memilih untuk menutup matanya terhadap kekejaman dalam pertanian pakan ternak, akan tetapi keadaan darurat untuk menghentikan perubahan iklim dan bagaimana cara melakukannya sangatlah jelas. Sekarang bukan hanya para vegetarian atau pencinta lingkungan yang mengatakannya; tetapi ketua dari sebuah badan internasional, Dr. Pachauri, telah mengumumkan kepada dunia bahwa pengaruh makan daging telah merusak planet kita, dan bahwa kita harus menghentikan makan daging agar dapat membalikkan keadaan. Namun itu semua tergantung pada pilihan orang. Kita semua bertanggung jawab untuk membuat Bumi ini menjadi lebih sejuk, lebih bersih, dan lebih sehat. Jadi mulailah dari dapur Anda: pilihlah diet vegetarian dan bantulah mengerem perubahan iklim.

Pinus



Pinus merkusii Jungh.& De Vr
Nama umum
Indonesia:Pinus
Pinus merkusii
Pinus

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Coniferophyta
                 Kelas: Pinopsida
                     Ordo: Pinales
                         Famili: Pinaceae
                             Genus: Pinus
                                 Spesies: Pinus merkusii Jungh.& De Vr

Karet



Hevea brasiliensis Muell. Arg
Nama umum
Indonesia:karet
Hevea brasiliensis
Karet

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Euphorbiales
                             Famili: Euphorbiaceae
                                 Genus: Hevea
                                     Spesies: Hevea brasiliensis Muell. Arg

Sawit Afrika



Elaeis guineensis Jacq.
Nama umum
Indonesia:Sawit Afrika, kelapa sawit, sawit bali
Inggris:African oil palm, oil palm
Elaeis guineensis
Sawit Afrika

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Elaeis
                                     Spesies: Elaeis guineensis Jacq.

Sawit Afrika



Elaeis guineensis Jacq.
Nama umum
Indonesia:Sawit Afrika, kelapa sawit, sawit bali
Inggris:African oil palm, oil palm
Elaeis guineensis
Sawit Afrika

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Elaeis
                                     Spesies: Elaeis guineensis Jacq.

Kopi



Coffea arabica L.
Nama umum
Indonesia:Kopi
Inggris:arabian coffee
Pilipina:Kape
Coffea arabica
Kopi

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Rubiales
                             Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
                                 Genus: Coffea
                                     Spesies: Coffea arabica L.

History of Chocolate



Dorrie Ruplinger (04/18/2009)
  Index
Cocoa trees are native to Central America. They have been growing for over 4,000 years. There were grown wild at first, but in about 600 A.D. the first cocoa plantations were established by the people of Yucatan.
For a long time chocolate was only thought of as a beverage. It wasn't until the nineteenth century that it started being eaten.


The bitter chocolate beverage drank by the ancient tribes was a highly prized beverage. Sacrifices were a common practice done in the hope of persuading the gods to protect each year's crop. Cocoa beans were so highly prized that they were used as currency by some of the ancient tribes in Central America. A rabbit cost eight beans.


The Aztecs of Mexico worshipped a God named Quetzalcoatl who was known as the giver of chocolate. According to legend, Quetzalcoatl was a bearded and white-skinned man who came from the Land of Gold. He came down from his heaven to Mexico to be the priest-king and to teach the Aztecs how to paint, do silver crafts, and other arts. He is said to have given the Aztecs their calendar and to have shown them how to grow maize. When he came from the Land of Gold he brought cocoa tree seeds with him. He showed the people how to grow the trees and how to make chocolate from the cocoa beans.


Legend goes on to say that Quetzalcoatl had a soul that was pure, and the people were very happy and prosperous during his entire rule. When he grew old he decided he needed to leave his people because he felt his "ugliness" terrified them. He did so even though he was sad to leave. Quetzalcoatl burned his palace and buried his treasures in the mountains of Mexico. He turned his cocoa trees into mesquite. He then departed. But, before he left he promised to return once every "One Reed" which is once every fifty two years according to the calendar he had given to the Aztecs.


At the end of one of the fifty-two year cycles, the white-skinned and bearded Hernan Cortes and his troops marched to Tenochtitlan, the Aztec capital. The people were excited because they thought Quetzalcoatl had finally returned. They held a banquet in Cortes honor at which they served him xocoatl, which was a cold chocolate beverage that had honey, vanilla and other spices mixed in it. The year was 1519.


Montezuma II was the ruler of Mexico when Cortes arrived. It is said chocolate with honey and spices was the only thing Montezuma drank and everyone in his household drank it too. The household drank 2,000 pitchers of chocolate every day. Montezuma drank his chocolate beverage from golden goblets. Every time he emptied one of the golden goblets he would toss it into the lake outside of his palace. Many years after the Aztec empire was gone, divers were still bringing up the golden goblets from the lake.


The Aztecs thought chocolate was intoxicating. Part of the reason for that belief is probably because the Aztecs often mixed their chocolate with wine or a corn mash that had been fermented. And because they sometimes consumed so much of the chocolate, the small amount of caffeine in it may have given them a slight jolt. Pepper and pimiento were other ingredients that were often added to the chocolate beverage before it was consumed.


Today if we drink an unsweetened chocolate beverage it tastes very bitter to us. Today's cocoa beans are less bitter than the ones in ancient times so their drinks must have been very bitter indeed.


Montezuma firmly believed chocolate was an aphrodisiac. During his time, it was also thought to give a person strength and vigor, so much so that at times the beverage was reserved for consumption by the rulers and soldiers only.


Cortes was impressed by the chocolate beverage. He is the person who brought chocolate to Europe in 1528, when he sailed home to Spain after he had completed his conquest of the Aztec people.


When Cortes brought chocolate to Charles V, Charles was intrigued by the taste of the beverage but thought it could use some sweetening so he added sugar to it. Both chocolate and sugar were rare at the time so the chocolate beverage Charles V created was very costly.


Word about chocolate and the cocoa beans began to spread. By the early 1600's people were traveling to Spain to taste the beverage. In 1609 the first book on chocolate was written.


Chocolate then started to make its way to other parts of Europe. The first chocolate shop in London was opened in 1657. By 1662 chocolate was being used for medicinal purposes in England. Chocolate houses started being opened all over Europe and were highly popular establishments. Towards the end of the 1600's chocolate started to appear in Germany.


In 1828 a Dutch chemist named Coenraad van Houten developed a press that squeezed out approximately two-thirds of the cocoa butter from the beans, leaving a chocolate powder that was known as, and is still known as cocoa. People liked the cocoa, but weren't sure what to do with the cocoa butter. In 1847, the English developed the first eating chocolate using the cocoa butter. It was a hard and grainy chocolate. The Swiss developed milk chocolate in 1875. Smooth and creamy chocolate fondant was developed around the same time. Jean Tobler started his own chocolate company in 1899 producing a delicious assortment of chocolate. In 1913, chocolate covered liqueurs were first made.


Because of all the demand for chocolate by this time, a need to grow more cocoa trees developed and they started being cultivated outside of their native Central American areas. Trees started being planted in the Sumatra, Timor, the Congo, the West Indies, Madagascar, Martinique and several other areas.


Today chocolate is enjoyed and consumed by most people in the world. In the United States alone, each person consumes (on average), 51 pounds of chocolate every year. Chocolate is used in beverages, candy, desserts, and even as a savory ingredient in main course dishes. It is said the world has a love affair with chocolate. If the amount eaten is any indication, it is indeed a great love.



Author Resource:-> Dorrie Ruplinger is the publisher ofhttp://www.chocolateistheanswer.com which provides information and resources about Door County Wisconsin parks.

Kelapa



Cocos nucifera L.
Nama umum
Indonesia:Kelapa, nyiur, kalapa (Snd), krambil (Jw),
Inggris:Coconut
Melayu:Kelapa, Nyiur
Vietnam:Dua
Thailand:Maphrao
Pilipina:Niyog, Lobi, Inniug, Ongot, Gira
Cina:ye zi
Jepang:Yashi no mi, kokonattsu
Cocos nucifera
Kelapa

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Cocos
                                     Spesies: Cocos nucifera L.

Bagaimana Mempelajari Nama Ilmiah Tumbuhan

BANYAK siswa beranggapan bahwa nama ilmiah hanyalah bersifat hafalan semata, apalagi menggunakan bahasa Latin. Padahal, sebenarnya belajar tentang fakta adalah lebih mudah dan bermakna daripada menghafal nama-nama ilmiah ataupun penggolongannya.

Menurut pakar biologi berkebangsaan Swedia, Caroleus Linnaeus (1707-1778) nama ilmiah
tumbuhan ataupun penggolongannya menggunakan Sistem \"Ninomial Nomenklatur\",
yaitu pemberian nama dengan sistem dua kata yang dipisahkan. Kata pertama menunjukkan
marganya (genus) sedangkan kata kedua menunjukkan jenisnya (species).

Kata-kata itu menunjukkan, jenis ini mengandung makna tentang sifat-sifat yang menjadi
ciri khasnya, yang tidak ditemukan pada makhluk jenis lainnya sehingga menjadi pembeda
yang satu dengan anggota lain dalam genus yang sama.

Nama genus diawali dengan huruf besar (kapital), sedangkan nama spesies diawali
dengan huruf kecil. Kedua nama diberi garis bawah yang terpisah atau dicetak miring.

Untuk lebih memudahkan dalam mempelajari nama ilmiah perlu mengikutsertakan banyak alat
indra. Misalkan, dalam mempelajari nama ilmiah cabai dengan mengadakan \"rujak
party\". Bila membuat rujak, tentunya kita gunakan cabai agar terasa lebih nikmat.
Sebelum meracik bumbu rujak, siswa diminta untuk mengamati bentuk morfologi buah cabai.
Setelah bumbu diracik maka bumbu akan terasa pedas, semakin banyak diberi cabai maka bumbu
akan semakin pedas.

Dengan demikian siswa lebih dapat menghayati bahwa ciri khas atau ciri yang paling
menonjol dari cabai adalah mengandung zat rasa pedas (capsein). Maka nama ilmiah
cabai adalah Capsicum.

Kalau kita rasakan yang mempunyai zat rasa pedas selain cabai merah adalah cabai rawit.
Perbedaan yang paling menonjol antara cabai dan cabai rawit adalah cabai merah berumur
setahun (annuum), sedangkan cabai rawit mirip perdu (frutex), karena berumur
lebih dari setahun. Jadi, nama ilmiah dari cabai merah adalah Capsicum annuum,
sedangkan cabai rawit adalah Capsicum frutescens.

Agar siswa lebih tertarik dengan tanaman cabai, guru bisa mengumpulkan pendapat dari
siswa tentang berbagai manfaat tanaman cabai, baik untuk keperluan yang erat dengan
kegiatan masak-memasak, maupun keperluan yang lain. Kemudian hasilnya didiskusikan dan
disesuaikan dengan pendapat para ahli, misalnya dari pengarang buku yang berkaitan dengan
tanaman cabai.

Berikut ini adalah berbagai manfaat tanaman cabai yang dikemukakan oleh Setiadi dalam
bukunya \"Bertanam Cabai, 1990: 10-11\". Kita banyak memanfaatkan cabai karena
selain cabai mempunyai daya tarik dari warna kulit buahnya, juga cabai mempunyai banyak
kandungan gizi. Cabai yang kaya akan vitamin C sering dimanfaatkan untuk bahan campuran
pada industri makanan, obat-obatan, dan peternakan.

Cabai juga tidak kecil manfaatnya bagi burung ocehan dan burung hias. Konon, kepedasan
cabai karena adanya zat capsein yang mampu mempertajam lidah burung ocehan sehingga
burung ini akan lihai mempermainkan lidahnya. Bila cabai merah diberikan pada burung hias,
pengaruhnya terhadap bulu burung yang akan lebih bercahaya dan lebih menarik.

Ayam yang enggan bertelur pun bisa tertolong sehingga mau bertelur asalkan makanannya
acap kali dicampur cabai. Namun cabai yang diberikan pada ayam itu, adalah cabai kering
ditumbuk halus menjadi bubuk cabai. Bubuk inilah yang dicampurkan pada makanan ayam calon
petelur itu. Bubuk cabai dimanfaatkan juga dalam industri makanan dan minuman untuk
menggantikan fungsi lada dan sekaligus untuk memancing selera kita.

Dengan mengikutsertakan alat indra dan mendiskusikan berbagai manfaat cabai seperti di
atas, pelajaran nama ilmiah diharapkan akan lebih bermakna sehingga siswa akan lebih
menghayati dan bergairah dalam mempelajari nama-nama ilmiah karena tercipta keadaan yang
menyenangkan.

Hal yang sama bisa dilakukan untuk mempelajari nama ilmiah tumbuhan lain yang digunakan
sebagai bahan rujak. Misalnya, kacang tanah (Arachis hypogea), asam (Tamarandus
indica),
 jambu air (Psidium aquatica), pepaya (Carica papaya), dan
sebagainya.

Sejalan dengan itu, dikembangkan suatu proses belajar yang berpusatkan pada siswa, agar
siswa berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam proses belajar-mengajar baik secara
perorangan maupun sebagai kelompok yang sesuai dengan kurikulum 2004.

Dengan partisipasi demikian, siswa bukan semata-mata berperan sebagai penerima
informasi atau komunikasi yang berlangsung satu arah: dari guru kepada siswa, tetapi dapat
berkembang sebagai pencari, penemu, pengolah, dan penyaji informasi sehingga komunikasi
bisa berlangsung dengan banyak arah, dari siswa kepada guru dan sebaliknya dari guru
kepada siswa, serta antarsiswa.

Dengan komunikasi demikian, tingkat belajar yang diharapkan dapat tercapai, sampai pada
tingkat pemahaman dan penerapan yang lebih luas. ***


Mimba



Azadirachta indica A.Juss
Nama umum
Indonesia:Mimba, nimba
Inggris:Neem Tree
Pilipina:Neem
Cina:yin du ku lian
Azadirachta indica
Mimba

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Sapindales
                             Famili: Meliaceae
                                 Genus: Azadirachta
                                     Spesies: Azadirachta indica A.Juss

Cemara Kipas



Thuja orientalis L.
Nama umum
Indonesia:Cemara kipas
Thuja orientalis
Cemara Kipas

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Coniferophyta
                 Kelas: Pinopsida
                     Ordo: Pinales
                         Famili: Cupressaceae
                             Genus: Thuja
                                 Spesies: Thuja orientalis L.

Jati



Tectona grandis L.f.
Nama umum
Indonesia:Jati
Inggris:Teak
Tectona grandis
Jati

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Lamiales
                             Famili: Lamiaceae
                                 Genus: Tectona
                                     Spesies: Tectona grandis L.f.

Roseo Alba



Tabebuia roseo-alba (Ridl.) Sandwith
Nama umum
Indonesia:Roseo alba
Tabebuia roseo-alba
Roseo Alba

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Scrophulariales
                             Famili: Bignoniaceae
                                 Genus: Tabebuia
                                     Spesies: Tabebuia roseo-alba (Ridl.) Sandwith

Kopo



Syzygium cymosum (Lam.) DC.
Sinonim
Eugenia cymosa Lam.


Nama umum
Indonesia:Kopo
Syzygium cymosum
Kopo

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Myrtales
                             Famili: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
                                 Genus: Syzygium
                                     Spesies: Syzygium cymosum (Lam.) DC.

Mahoni




Swietenia mahagoni (L.) Jacq.
Nama umum
Indonesia:Mahoni
Inggris:West Indian mahogany
Pilipina:Mahogany
Swietenia mahagoni
Mahoni

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Sapindales
                             Famili: Meliaceae
                                 Genus: Swietenia
                                     Spesies: Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Saman


Samanea saman (Jacq.) Merr.
Sinonim
Pithecolobium saman Benth


Nama umum
Indonesia:Saman, trembesi (Jawa)
Inggris:rain tree, monkey pod, saman
Pilipina:Acacia
Samanea saman
Saman

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Fabales
                             Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
                                 Genus: Samanea
                                     Spesies: Samanea saman (Jacq.) Merr.

Kiputri



Podocarpus neriifolius D. Don
Nama umum
Indonesia:Kiputri, kayu cina
Podocarpus neriifolius
Kiputri

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Coniferophyta
                 Kelas: Pinopsida
                     Ordo: Pinales
                         Famili: Podocarpaceae
                             Genus: Podocarpus
                                 Spesies: Podocarpus neriifolius D. Don

Tanjung



Mimusops elengi L.
Nama umum
Indonesia:Tanjung
Inggris:Spanish Cherry
Mimusops elengi
Tanjung

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Ebenales
                             Famili: Sapotaceae
                                 Genus: Mimusops
                                     Spesies: Mimusops elengi L.

Drewak


Microcos paniculata L.Sinonim
Grewia microcos L.


Nama umum

Indonesia:Drewak, darewak (Sunda)
Microcos paniculata
Drewak
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Malvales
                             Famili: Malvaceae (suku kapas-kapasan)
                                 Genus: Microcos
                                     Spesies: Microcos paniculata L.

Kigelia


Kigelia africana (Lam.) Benth.
Nama umum
Indonesia:Kigelia
Inggris:Sausage tree
Kigelia africana
Kigelia

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Scrophulariales
                             Famili: Bignoniaceae
                                 Genus: Kigelia
                                     Spesies: Kigelia africana (Lam.) Benth.

Waru Gunung


Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem
Nama umum
Indonesia:Waru gunung, tisuk (Sunda)
Inggris:largeleaf rosemallow
Hibiscus macrophyllus
Waru Gunung

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Malvales
                             Famili: Malvaceae (suku kapas-kapasan)
                                 Genus: Hibiscus
                                     Spesies: Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem