Rabu, 01 Desember 2010

Hutan DAS Batanghari Tinggal 3,5 Persen


LAHAN KRITIS

Laporan wartawan KOMPAS Irma Tambunan
Selasa, 23 November 2010 | 16:49 WIB
JAMBI, KOMPAS.com - Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai Batanghari Provinsi Jambi mendata hutan di sepanjang aliran sungai ini yang masih dalam kondisi baik tinggal 3,5 persen. Sebanyak 4,9 juta hektar hutan dalam keadaan sangat kritis hingga potensial kritis.
Berdasarkan data BP DAS Batanghari, kawasan hutan yang kondisinya tidak kritis hanya 173.300 hektar, dari total 5,1 juta hektar di sepanjang DAS Batanghari. Lahan yang kondisinya masih baik ini berada pada kawasan hutan konservasi seluas 83.725 hektar, hutan produksi terbatas 48.165 hektar, hutan lindung 20.967 hektar, hutan masyarakat 14.490 hektar, dan hutan produksi 5.959 hektar.
Sedangkan kondisi lahan yang sangat kritis dan kritis di sepanjang DAS Batanghari telah mencapai 662.297 hektar. Selain itu, lahan yang agak kritis dan potensial kritis sebanyak 4,2 juta hektar.
Hutan yang kondisinya telah kritis tersebut sebagian besar dalam kondisi kritis dan sangat kritis berada pada hutan masyarakat seluas 302.000 hektar, dan hutan produksi seluas 236.000 hektar.
"Lahan menjadi kritis karena telah beralih fungsi," ujar Misran, Kepala BP DAS Batanghari.
Misran melanjutkan, luasnya hutan yang beralih fungsi lebih disebabkan faktor manusia, dan tumbuhnya euforia akan komoditi. Akibatnya, banyak hutan tidak lagi dapat berfungsi maksimal dan bahkan meningkatkan frekuensi bencana seperti banjir dan longsor.
Untuk menekan keluasan lahan kritis, pihaknya sejauh ini terus melaksanakan program penanaman pohon. Pihaknya tengah menyiapkan penanaman pohon pada 131 unit kebun rakyat di Jambi. Ini untuk mendukung program nasional atas penanaman 1,6 juta hektar lahan kritis. Selain itu, pihaknya juga mengupayakan setiap kegiatan yang digelar kalangan pemerintahan maupun swasta, diikuti dengan gerakan menanam pohon. "Setiap kegiatan perlu diikuti gerakan menanam pohon agar semakin banyak lahan hijau," tuturnya.
Lahan pertanian
Dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof Naik Sinukaban mengatakan, masifnya pengalihfungsian lahan pertanian membuat kondisinya semakin kritis. "Hal itu mengakibatkan manusia yang tinggal dalam lahan kritis tidak dapat banyak bergantung untuk mengelola sumber penghidupannya dari lahan. Lahan sudah terdegradasi berat," tuturnya.
Naik mencatat lahan di Indonesia yang sudah kritis mencapai lebih dari 30 juta hektar. Selain menimbulkan dampak bencana alam, lahan menjadi tidak mampu memberikan produktivitas yang maksimal pada tanaman.
Menurut Naik, pemerintah perlu segera mengupayakan terobosan efektif untuk menyelamatkan lahan-lahan pertanian sebelum kondisinya telanjur menjadi kritis. Salah satunya dengan melakukan upaya konservasi tanah yang mengarah pada terciptanya sistem pertanian berkelanjutan. Hal itu dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi dan peningkatan fungsi kelembagaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelestarian sumber daya lahan dan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar