Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk media massa sebenarnya dapat menjadi sarana efektif untuk selalu mengembangkan kesadaran kritis terhadap gaya hidup. Namun, media massa di Indonesia belum membantu masyarakat luas melihat secara jernih permasalahan sistem energi. Tidak seperti media barat yang bebas dan kritis, media di Indonesia sangat jarang mengungkap kaitan antara gaya hidup (misalnya: makan) dengan krisis energi. Salah satu asumsi, media massa di Indonesia melihat bahwa vegetarian hanya berkaitan dengan agama tertentu atau aliran tertentu. Sebuah anggapan keliru.
Agaknya, media massa Indonesia perlu belajar lebih banyak dari rekan-rekan mereka di negara maju. Menggunakan kata kunci ‘vegetarian’ di harian Kompas hanya akan menemukan sekitar 10 berita, sedangkan di The New York Times akan memperoleh 324.000 hasil. Apa yang hendak dikatakan di sini, media massa harus seimbang dalam menyampaikan informasi dan bebas dari purbasangka. Media massa Indonesia lebih sering mempromosikan (mendorong?) makanan berbasis daging daripada menu nabati yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Perlu dipertanyakan seberapa jauh tanggung jawab mereka dalam memberi masyarakat informasi yang seimbang dan benar dalam hal ini.
Artikel di surat kabar AS mengkaitkan kelangkaan pangan global dengan makan daging
Artikel jurnalis Bill Berry dalam “The Capital Times” di Wisconsin membahas implikasi moral dan lingkungan daripada makan daging. Ia menunjukkan naiknya harga pangan dan kelaparan global lebih banyak hubungannya dengan pemberian makan stok biji-bijian dunia dalam jumlah yang besar kepada hewan-hewan daripada mengubah pangan menjadi bahan bakar hayati. Bpk. Berry mengakhirinya dengan satu kutipan dari Departemen Pertanian AS: “Jenis dan jumlah makanan yang dipilih individu untuk dimakan tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga memberi implikasi kepada masyarakat sebagai satu kesatuan.”
http://www.madison.com/tct/opinion/column/288247
Pengarang “Berakhirnya Makanan” Menyimpulkan Bahwa Makan Daging Adalah Isu Moral
Paul Roberts mengarang buku pertamanya yang berjudul “Berakhirnya Minyak” dan bukunya dengan tepat meramalkan beberapa situasi yang kita lihat saat ini. Ia kemudian menulis buku lagi yang berjudul “Berakhirnya Makanan”, yang menyatakan bahwa karena pemanasan global, kita sedang mendekati berakhirnya makanan murah dan mencapai satu titik dimana kelangkaan makanan adalah kenyataan. Dia juga percaya bahwa makan daging adalah dilema moral, karena diperlukan banyak sumber daya untuk menghasilkan daging dan karenanya gagal mengimbangi kelaparan yang dialami oleh pihak lain di dunia.
http://www.cbc.ca/consumer/story/2008/05/26/f-qanda-paulroberts.html
Pertunjukan Pertama Film Dokumenter Dunia Tentang Pemanasan Global dan Daging
“Meat the Truth,” adalah film dokumenter yang diproduksi oleh orang Belanda, Organisasi Nicolaas G. Pierson, yang diluncurkan di Odeo West End Cinems di Inggris. Film ini mengulas dasar penelitian yang kuat tentang hubungan yang kuat antara konsumsi daging dengan peningkatan emisi gas rumah kaca.
Karen Soeter, Director of Nicolaas G. Pierson Foundation:
Saya berharap ada banyak orang yang melihat film ini dan itu akan mengubah cara berpikir mereka dan pada akhirnya mereka akan mengurangi konsumsi daging.
Henk J. Keilman, “Meat the Truth” film sponsor, Chairperson of Dutch Vegetarian Society:
Fim ini melampaui isu tentang welas asih terhadap hewan, tetapi yang terpenting sekarang kita sedang membicarakan kelangsungan hidup dunia ini dengan berbagai cara. Perubahan iklim sungguh isu yang serius.
Anggota Parlemen dari Belanda, Marianne Thieme, bersama dengan sponsor film lainnya berharap bahwa pesan ini akan meluncurkan aksi yang lebih besar di masa yang penting ini yaitu mengurangi emisi karbon. Marianne Thieme berkata, "Kami di sini dikelilingi oleh orang-orang yang tertarik akan sebab nomor satu dari pemanasan global dan itu adalah industri daging. Baiklah, bagus sekali mengetahui bahwa film itu diterima dengan baik. Itu baru permulaan dari sebuah perjalanan dunia mengenai welas asih."
Annette Pinner, CEO of The Vegetarian Society in the UK:
Apa yang benar-benar ingin kami lihat dan hal yang paling penting adalah perubahan perilaku individu, karena itulah yang membuat perbedaan. Jadi orang-orang harus makan lebih sedikit daging, lebih sedikit produk susu dan makan lebih banyak makanan nabati. Kami ingin melihat pemerintah menangani masalah ini dengan serius dan benar-benar mengeluarkan informasi yang membantu orang-orang mengubah diet mereka ke diet nabati.
ABC News Menganjurkan Makan Sedikit Daging untuk Kurangi Pemanasan Global
Satu seri khusus di jaringan TV terkemuka AS ABC melaporkan “The Power of Two”, atau dua langkah kecil yang dapat dilakukan orang untuk menghadapi perubahan iklim. Menurut pembawa acara Dan Harris, langkah ini adalah mengurangi konsumsi daging dan melakukan audit energi untuk mengetahui penggunaan energi di rumah. Dalam laporannya, Bpk Harris berkata, ”Tataplah wajah Anda di cermin dan katakanlah bahwa Anda dapat melawan perubahan iklim: Tinggalkan sapi ini dan kurangi makan daging sapi. Menurut PBB, 18 persen dari emisi gas rumah kaca berasal dari emisi daging sapi dan produk susu ke meja dapur Anda. Jika kita semua mengurangi konsumsi daging hanya 20% saja, maka ini seperti kita semua beralih dari mobil biasa ke jenis hibrida. Ini juga akan bagus untuk kesehatan kita.”
http://www.abcnews.go.com/Technology/story?id=4845543&page=1
Mengurangi Konsumsi Daging, Menghemat Uang, dan Membantu Planet Ini
Sebuah artikel yang diterbitkan hari Kamis oleh kantor berita internasional Reuter mengutip sumber-sumber seperti laporan PBB, Worldwatch Institute, dan jurnal medis Lancet, untuk menyoroti keuntungan melarang konsumsi daging untuk mengerem perubahan iklim. Artikel tersebut juga menyoroti keuntungan bagi ekonomi global dari diet nabati, dimana permintaan untuk daging mendorong harga biji-bijian seluruh dunia naik. Sebuah situs web dari pendiri Institut Planet Kecil Anna Lappe juga disediakan. TakeaBite.cc menawarkan informasi mengenai hubungan antara pangan dan pemanasan global.
http://features.us.reuters.com/wellbeing/news/DEBD6496-1236-11DD-99A5-62F58F60.html
Pola Makan Australia Dianggap Berbahaya bagi Lingkungan
Diet yang dikembangkan oleh organisasi riset Australia CSIRO ditetapkan sebagai diet tidak sehat karena merekomendasikan konsumsi jumlah daging merah yang tinggi yang juga membahayakan planet ini. Sebuah studi yang diterbitkan dalam “Nutrisi dan Diet” menyatakan bahwa diet daging merah ini memakai 15.000 liter air lebih banyak setiap minggu per orang dan menghasilkan 4,3 ton emisi gas rumah kaca lebih banyak per tahun. Penulis studi Suzie Ferrie dari Rumah Sakit Royal Prince Alfred Sydney dan Geoff Russell, pembebas hewan Australia selatan, berkata tentang diet tersebut, “Ia tidak bisa direkomendasikan sebagai pilihan yang bertanggung jawab secara kesehatan maupun lingkungan.”
http://www.theage.com.au/news/diet/green-attack-on-csiro-diet/2008/05/13/1210444402238.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar